SALAM GUBUG LOVER...BERBUAT NYATA MESKI SEKECIL APAPUN

Saturday, December 10, 2016

KH. Hasan Anwar Pejuang yang suka menolong

Masjid KH. Hasan Anwar

KH. Hasan Anwar, nama yang tidak asing bagi warga Gubug khususnya, nama beliau juga di abadikan sebagai nama Jalan. Semua itu sebagai rasa hormat atas jasa-jasa beliau. Berikut ini adalah riwayat dan sejarah singkat Simbah KH. Hasan Anwar, beliau lahir di Ngluwuk. Desa Ngluwuk ikut Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Anak kedua dari tiga bersaudara, yang kakak dan adiknya perempuan. Sejak kecil rajin mengaji, di surau dekat rumahnya. Setelah remaja dia meneruskan menuntut ilmu di pondok pesantren Kudus, kemudian meneruskan menuntut ilmu di pondok Langitan Madura. Bertahun-tahun dia hidup di pondok langitan, setelah tamat dia membantu mengajar di pondok pesantren Langitan Madura. 

Kyai Hasan Anwar pergi haji ke Mekah, beliau tinggal di Mekah selama setahun untuk memperdalam ilmu agama. Setelah pulang naik haji, KH. Hasan Anwar kembali mengajar di pondok pesantren Langitan Madura. Pada suatu hari oleh gurunya, KH. Hasan Anwar diutus ke pondok pesantren Tebu Ireng Jombang, untuk membantu mengelola pondok yang dipimpin oleh Kyai Haji Hasyim Asyhari. Setelah bertemu dengan Kyai Haji Hasyim Asyhari itulah, beliau banyak belajar tentang keorganisasian. Pada tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan Kyai Haji Hasyim Asy’ari yang dibantu oleh beberapa orang kyai mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Hingga beberapa tahun lamanya beliau mengajar di pondok pesantren Tebu Ireng Jombang, yang akhirnya ada keinginan untuk pulang kembali ke desanya.

Setelah sampai di Ngluwuk, ternyata ayahnya sudah meninggal dunia. Sedangkan ibunya ikut kakaknya perempuan, yang kawin dengan warga desa Gubug. Akhirnya KH. Hasan Anwar menyusul ke Gubug, dan tinggal di rumah kakaknya di Bolampong-Gubug. Di Gubug beliau membantu Kyai Jalil, untuk mengajar mengaji pada warga sekitar, di langgar yang terletak di dekat rumah kakaknya atau tepatnya di timur pasar Gubug. Melihat ketekunan KH. Hasan Anwar dalam mengajar mengaji, sehingga Kyai Jalil berkenan mengambilnya menjadi menantu.

Kehidupan bermasyarakat KH. Hasan Anwar sangat baik sekali, senang membantu pada warga yang tertimpa kesusahan. Bahkan dengan berani beliau melawan perampok-perampok, yang akan mengganggu warga thiongwa yang tinggal di Gubug. Dengan demikian warga thiongwa di Gubug merasakan hidup aman dan tentram, karena mendapatkan penjagaan dari KH. Hasan Anwar bersama para santrinya. Hubungan beliau dengan para kyai di wilayah Grobogan sangat baik, sehingga beliau mempelopori berdirinya Nahdlatul Ulama di Kabupaten Grobogan.

Karena rasa nasional yang tinggi , beliau tidak bersedia untuk diajak bekerja sama. Karena dianggap berbahaya oleh tentara Belanda, maka ada rencana untuk menangkap beliau, merasa akan ditangkap Belanda, pergilah beliau ke pondok pesantren di daerah Klambu. Disana beliau menyusun kekuatan bersama lasykar Syabilillah, tujuanya untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi yang sudah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Lalu beberapa kyai dihubungi, untuk mengirimkan lasykar untuk diajak mengusir Belanda yang ingin berkuasa kembali. Pada tahun 1948 para lasykar dikumpulkannya di pondok pesantren termas, untuk menyerang markas Belanda yang ada di Gubug. Malam itu beliau memimpin para lasykar Syabilillah, berangkat ke Gubug untuk menyerang markas Belanda yang terletak di kantor pegadaian Gubug. Peperangan yang tidak seimbang, melawan tentara Belanda yang lengkap persenjataanya. Beliau bersama 29 lasykar Sabilillah gugur di halaman kantor pegadaian Gubug. Bersama 29 anggota lasykar yang gugur, KH. Hasan Anwar dimakamkan di pemakaman Mbah Brewok Gubug dan baru pada tahun 1950 digali untuk dimakamkan di Taman pahlawan, di desa Kuwaron. Namun karena permohonan dari pihak keluarga, akhirnya KH. Hasan Anwar dimakamkan di dekat mushola yang berada Timur Pasar Gubug yang sekarang menjadi masjid KH. Hasan Anwar. 

*)Dihimpun dari berbagai sumber, KILG News-Heri Sis.





1 comment: